Home

Sabtu, 30 Juli 2011

pancasila sebagai solusi problematika


assalaamu'alaikum pembaca dimana pun berada..
yang sedang sibuk dengan tugas harian
maupun yang sedang istirahat dari perjalanan panjang

selalu ada hal yang menarik untuk kita bahas
perlakuan kita dan sekeliling yang kadang di luar nalar kita untuk di cari tahu sebabnya
tujuan dan motivasi ia bertindak...

ada segudang alasan kenapa orang melakukan sesuatu
logis atau tidak, itu bukan suatu hal yang masalah bagi si pelaku
tapi jika itu menyangkut harkat orang banyak
itu baru menjadi masalah bagi kita

apa dan mengapa??
mari kita bahas bersama prof dari bangsa rama kuno yang jenius ini
secara tegas, lugas dan rada ndak jelas
heehe ^^

"fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara"

"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat"

begitu terdengar nyaring dan familiar di telinga kita, bahkan oleh seorang anak sekolah dasar.
begitu bijak dan arif negara kita, sejalan dengan butir-butir pancasila

"kemanusiaan yang adil dan beradab"
"keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"

namun jika melihat kenyataan yang ada, hal itu tidak di temukan di pojok lapangan sekalipun
atau di pasar-pasar tradisional seperti di Saripetojo bagian dalam kota Solo. Kata-kata itu malah mirip seperti kata-kata motivasi yang sering dikatakan oleh seorang motivator.

lihat saja bagaimana institusi-institusi seperti rumah sakit,
kesehatan pasien bukan lagi hal yang utama jika adminitrasi masih menggantung, kesehatan diutamakan bagi mereka yang mempunyai dompet tebal saja.
Bidang pendidikan, biaya sekolah yang melambung belum lagi iuran dan buku-buku yang antri untuk menguras kantong orang tua murid.

"lebih baik di penjara dari pada sekolah, setidaknya dipenjara di dipaksa untuk membeli buku dari sipir"

air, listrik serta pertanian tidak lagi menjadi bagian yang menjadi barang gratis,
bukan tidak berarti alat-alat dan biaya operasional tidak di pikirkankan, namun dapat di minimalkan untuk di bebankan kepada masyarakat sebagai pemilik bangsa. Bahkan hal ini merambah pada bidang-bisang sosial. Selalu ada keuntungan yang dapat membuat gendut perut pengelola dan keluarga.

"benar saja, orang miskin tidak boleh sakit dan sekolah"

kapitalisasi serta bisnis menjamur pada setiap bidang institusi
semuaaaa
tidak terkecuali
tidak ada kegiatan sosial yang mengorbankan segala hal
yang ada mendapatkan segala hal dan mengorbankan hal sosial

dari ini
seberapa idealis kita dapat bertahan untuk tidak memperkaya diri
untuk dapat melihat dan betindak dengan hati
mengulurkan tangan untuk orang lain, tanpa PAMRIH
tanpa tendensi untuk "dilihat"

pancasila bukan tulisan dan simbol garuda yang tertancap di tanah dan patung-patung yang hanya sebagai simbol saja
atau di hapal dan dingarkan di setiap moment-moment nasional
Pancasila merupakan bentuk sikap
implemntasi dari sikap kita dan bangsa

tidak akan lagi pancasila
jika tidak di mulai dari masyarakat kita sendiri

mulai dari diri kita dan keluarga
karena organisasi terkecil yang bernama keluarga ini
menyusun diri membentuk organisasi besar bernama negara

:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar