Home

Selasa, 11 Juli 2017

Lupa itu Nikmat

Selamat datang pagi, mebawa udara segar masuk kedalam tubuh, membawa kesejekuan serta harapan-harapan baru untuk diperjuangkan kembali, pagi adalah titik awal yang baru, dimana kita bangkit dari sebuah rencana untuk segera mengeksekusinya. Seperti tulisan-tulisan ini, tidak pernah berhenti untuk mengajak berpikir dan berhayal sejenak.

Setiap orang, balita, anak-anak, remaja ataupun dewasa, lupa adalah salah satu sifat alamiah manusia. Prof tidak tahu sejak kapan lupa menjadi kata sifat, mungkin karena lupa identik dengan kata sambungan "sifat" jadilah "sifat pelupa", mungkin seseorang disana mengkelompokan lupa menjadi kata benda atau yang lainya, tapi itu bukan sesuatu hal yang penting untuk dibahas sekarang, hanya untuk menambah agar tulisan ini terkesan banyak pada paragraf pertama, padahal bukanlah hal yang penting sama sekali, tapi terimakasih untuk terus membaca.

Dalam perspektif agama, banyak literatur yang mengatakan bahwa sifat lupa ini dikarenakan beberapa sebab, salah satunya yang paling banyak keluar di mesin pencari adalah karena terlalu banyak melakukan maksiat. oke itu mungkin sebagian kebenaran yang kecil jika dianalisis, namun kebenaran harus dibuktikan dengan sebuah penelitian-penilitian, atau hasil penelitian seperti jurnal ilmiah, tesis atau beberapa diskusi ilmiah didalam forum-forum. Ini bukan alibi atau sekedar pledoi saya karena saya seorang pelupa berat, tapi mari kita berobjektif dalam segala hal. saya kesal sekali jika lupa meletakan kacama mata, jika indra penciuman berkerja dengan baik, mungkin akan lebih mudah mencari kecamata dengan minus berapapun.


Sebelum masuk lebih jauh, kita buka sebentar kamus besar bahasa indonesia (KBBI), jika tidak punya silahkan buka yang online. Dalam KBBI lupa diartikan lepas dari ingatan atau tidak dalam ingatan lagi goo.gl/V7LonC . Jadi lupa itu tentang hilang, lepas atau tertumpuknya sesuatu didalam ingatan, sehingga ketika sesuatu itu dibutuhkan, ingatan sulit untuk mengembalikannya kembali. Dalam beberapa kasus ada yang bersifat permanen ada juga yang bersifat sementara dikarenakan beberapa sebab, sebagian besar karena kecelakaan. Jika kasus yang menimpa masyarakat pada umumnya, lupa yang terlalu sering, bukan karena hilang atau terlepas, hanya karena tertumpuk karena beberapa alasan, diantaranya karena cepatnya regulasi pikiran seseorang sehingga beberapa ingatan sudah jauh terlewat. kemudian ketika untuk mengingat kembali akan sulit, maka orang-orang seperti ini biasanya memiliki asisten untuk sekedar mengingatkan pekerjaan atau sesuatu.

Dalam staudi kasus tertentu, prof mengkatagorikan lupa menjadi sifat yang baik, jika dimenege dengan baik pula. sebagai contoh ketika seseorang tidak bisa move on, lupa menjadi obat yang baik sembari belajar berdamai dengan keadaan, jika meminjam istilah Tere Liye dalam novel Sunset Bersama Rosie, ya berdamai dengan keadaan. Dalam novel tersebut, seseorang diajarkan bagaimana berdamai dengan kesalahan orang lain, tidak hanya sekedar melupakan, mungkin ini tingkatan lebih tinggi dari pada sekedar melupakan. 

Contoh lain ketika seorang pedagang dengan utang menggunung, mungkin lupa sebentar akan membawa semangat dan motivasi baru. Seorang ibu-ibu membeli tas dengan harga tujuh juta rupiah, kemudian tetangganya dengan kualitas, merek dan motiv yang sama membeli hanya dengan tiga juta tiga ratus tiga puluh tiga rupiah, mungkin karena ada diskon disalah satu depertemen store, dari pada marah dan geram, mungkin sebaiknya melupakan harga lebih baik. Lupa adalah nikmat yang luar biasa, tapi lupa juga seperti dua sisi mata uang, ketika ditempatkan yang salah, akan menjadi sesuatu yang menakutkan. Ketika seseorang lupa Tuhan maha melihat, lupa ada kehidupan setelah mati, lupa beristri, lupa sudah punya pacar lupa lupa dan lupa.

Maka lupa adalah nikmat Tuhan yang harus kita syukuri dan bijaklah seseorang ketika Lupa membawa diri kepada hal yang lebih baik, melupakan hal yang membawa keburukan dan kembali kepada peforma terbaiknya. Karena Tuhan tidak akan menciptakan sesuatu dengan kesia-siaan. Maka nikmat yang mana lagi yang akan engkau dustakan (Qs 55)

Lupa seperti obat bius luka hati, walau hanya sementara, namun dapat sedikit membantu. Lupa juga menjadi boomerang, katika kita tidak bisa berdamai dengan keadaan. seorang pelupa harus fleksibel dengan keadaan, menjadikan jadwalnya tersistematis dan terintegral kepada kegiatan kesehariannya dan tentu dengan hatinya. Karena lupa bukan tentang melawan, tapi tentang berdamai. 

1 komentar: