Home

Selasa, 17 April 2018

Tetaplah Menulis

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
― Pramoedya Ananta Toer, House of Glass

Banyak hari tebuang dengan kesibukan dan segala proses didalamnya, kadang saya berfikir tentang esensi apa yang saya lakukan hari ini. Seperti Blog ini, tulisan-tulisan ini akan saya tinggalkan untuk generasi ramaisme dimasa depan. Mungkin sepuluh, dua puluh atau bahkan berpuluh-puluh tahun lagi, tulisan ini akan memberikan sedikit manfaat, atau bahkan sudah di anggap usang. Saya tidak peduli, dengan ego menulis saya, saya tak berharap apapun untuk semua tulisan saya. 

Dalam bagian terkecil,  mungkin keadaan saya seperti alm bj habibie,  saya harus terus menulis,  karena dijaman ini,  gagasan-gagasan saya di anggap terlalu imajiner. Maka bagi saya,  dengan menulis gagasan itu,  saya lebih bisa menjadi tenang.

Saya menulis, suka menulis, apapun yang terjadi, menulis adalah bagian dari perjalanan hidup saya.

Hari ini, setelah tulisan terahir, ahirnya saya kembali menemukan keberanian untuk membuka Blog usang ini. Diantara suara adzan yang akab dari masjid-masjid lingkungan rumah, jari-jemari ini terus menekan tombol-tombol keyboard, dan jelas saya tidak tahu apa yang akan saya tulis ini.

Malam ini, bukan malam yang spesial, malam masih sama seperti malam-malam yang lainya, panasnya kota masih juga sama, begitu juga dengan laptop pinjaman dari istri, bedanya ada didalam sini, keinginan yang kembali untuk membuka tumpukan-tumpukan tulisan ini.

Tulisan adalah skrip ideologis yang terukir,  orang-orang akan mengenal siapa dirimu dan seberapa kompleks pikiran mu lewat tulisan-tulisan yang kita goreskan.  Kita mengenal maslow dengan teori kebutuhannya,  enstein dengan e=mc2,  plato,  scorstes atau filsuf - filsuf dan pemikir maju dijamannya, mereka menulis untuk pengetahuan dijamannya serta pijakan untuk peradaban untuk generasi setelahnya.

Dengan menulis,  peradaban tidak perlu memgulang hal yang sama, generasi setelahnya melanjutkan apa yang sudah dumulai para pendahulu mereka.  Seperti apa yang sudah di mulai newton soal grafitasi dilanjutkan oleh penemu-penemu generasi setelahnya,  pengetahuan selalu menumui babak baru,  tidak perlu belajar lagi dari nol.

Setelah menulis selesai,  masalah berikutnya adalah minat baca,  seperti pada saat sekarang ini,  dimulai dari 10 atau 15 tahun yang lalu ketika jaman bertransisi ke era digital,  semua serba instan,  ketika minat baca rendah,  jutaan pengetahuan yang terbelenggu dalam buku-buku tetap akan menjadi tulisan-tulisan usang,  tidak akan berarti apa-apa.  Pengetahuan tetap berbentuk *.rar, maka takan berarti apa-apa yang sudah dilakukan oleh pendahulu kita. Kebendaraharaan kata dan literasi adalah hal yg fundamental,  tanpa membaca anda tak akan bisa menulis.

Apapun yang akan tetjadi,  dihargai atau tidak,  dimuat dan diterbitkan atau tidak,  penulis akan tetap menulis.  Menulis adalah kebutuhan bagi seorang penulis, tidak perlu alasan untuk mencintai,  begitu juga dengan menulis.

Tetaplah menulis,  sebab dengan menulis,  engkau akan tetap hidup. 

13 komentar:

  1. Apakah orang pintar yg tdk bisa mengemas'/menunjukkan bahwa dirinya pintar, maka akan ada diposisi yg kurang di'untungkan?
    Bgmn pendapatmu tentang orang yg aslinya pintar tapi 'tak terlihat' Krn tidak pandai pencitraan?

    BalasHapus
  2. teko selalu mengeluarkan isi teko, istilah ini bisa sangat pas untuk menunjukan betapa berlian ditengah lumpur akan tetap berlian.
    artinya,semua output dari pikiran, semisal bahasa,gaya bahasa, prilaku,sikap dan semuanya adalah cecrminan dari sebarapa besar ia.
    orang cerdas tak pernah berpikir bahwa ia cerdas atau pintar, justru sebaliknya, semakin ia banyak tau, semakin merasa bodoh, karena semkain ia banyak tau, semakin tau bahwa pengtahuannya hanya sebatas ujung dari kuku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. I agree...
      Cuma gini y black, di jaman sekarang itu, Rasionalitas' ( seorang yg cerdas ) paling tinggi pun akan kalah oleh ( tendensi suka dan tidak suka )
      Tidak heran jika orang lebih mementingkan 'memoles reputasi' drpd meningkatkan kualitas dirinya yg asli.
      Jalan pintasnya, pencitraan ( biasanya dng materi ) supaya kliatan pintar/mampu, drpd berjuang untuk menjadi pintar' beneran.

      Hapus
  3. betul,
    dan sebenrnya dia menipu diri sendiri.
    jadi biarkan saja, aku menganggap sebagai guyunan hidup saja heheee
    jangn sampai guyunan itu melupakan bahwa kita juga harus meningkatkan kualitas diri.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dalam teori kiri, ada istilah
      semua orang adalah guru, alam raya adalah sekolah ku.
      kuliah hanya alat, buku2 bisa dibaca.
      aku kuliah 7th bukan d dalam ruangan,tp diskusi di jalanan.
      kuliah hanya salah satu dari sekian pintu, tp untuk ijasah,harus kuliah.
      contoh real,bu susi, yg lain masih banyak, hanya emang sudah d hajar sama orang2 yg punya power.
      dunia yg kita tinggali sekarang adalah dunia pura-pura dan seolah-olah saja.
      seperti yg km bilang, yg terlihat belum tentu yg sepertinya terlihat.

      Hapus
  5. Ibu Susi, aq suka, beliau cerdas, aq ingin sperti beliau.
    Bandingkan dng ibu susi-ibu Susi yg lain black...
    Mungkin tdk sama, meski mereka menginginkannya. Krn apa?
    'semakin kecil lingkaran hidup yg dimiliki seseorang, semakin kecil pula peluangnya, kesempatannya'.
    Aq prcaya orang pintar dinegara kita banyak...bnyak banget...
    Cumaaa????
    Artikan sendiri ya

    BalasHapus
  6. belajarlah kepada orang yg mengerti, bukan pintar.
    orang yg mengerti selalu menempatkan segala sesuatu sesuai porsinya,cenderung bertanggung jawab dan matang secara eomosional.
    coba cari dan baca buku berfikir dan berjiwa besar, semua dipaparkan, apa bedanya bu susi dengan ibu susi2 yg lain.

    BalasHapus
  7. Membuat perbedaan lh...
    Itu yg akan dikenang dan di hargain orang...

    BalasHapus
  8. kematian bukan keluarnya jasad dari ruh, tapi ketika seseorang sudah tidak dianggap keberadannya oleh lingkungan sosialnya.
    menulis adalah salah satu cara agar seseorang dapat hidup lebih lama leeat sumbangsih pemikirnnya

    BalasHapus
  9. Just remaine...
    'Sehebat apapun kita berbicara, itu semua akan kosong ketika kita belum menjadi apa-apa'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan menjadi apa2, tapi belum pernah berbuat apa-apa.
      ayo lepaskan dulu pemikiran yg kemaren, setiap hari km adalah orang yg berbeda, orang yg lebih baik. buktikan itu

      Hapus
  10. Diluar pengecualian, semua orang yg sebenarnya berusaha jadi versi" terbaik dlm peran nya, kadang mereka / ( kita ) gagal.
    Why U don't understand about what i said...
    Bahkan pilihan yg terbaik yg diputuskan seseorang ( dlm tujuan mengejar bahagia ) pun bisa menimbulkan konsekwensi menyakitkan, masih menyebabkan rasa sakit yg tak terhindarkan bagi orang disekitarnya.

    BalasHapus