Home

Selasa, 28 Mei 2013

solo, arti sebuah kebebasan

Pemuda tanggung berjalan sepanjang trotoar ramai kota solo, lusuh, hitam keringat bercucur berbau harum katsuri. Senyum lebar tersungging dari wajah pas-pasan bersuku jawa ini, harum segar kebasasan melingkar erat diantara kelopak mata. kepulan asap dan kerinduan pada bau jalanan, aspal dan suara motor ...

Sola, ribuan pendatang hilir mudik memadati jalan kota sampai jalan sempit semeter tak ada, dari yang berambut gondrong, setengah gondrong sampai ke yang botak. Dari tukang somay, tukang bakso sampai tukang jamu.., sampai yang paling penting adalah HIK dan yang lebih bikin parah adalah mahasiswa.

Sebelum memutuskan untuk menulis ini, sebenarnya penulis pun tidak tahu dan tidak mempunyai rencana alur tulisan mau dibawa kemana, namun karna penulis ini begitu jenius, maka dalam keadaan tidak mempunyai isnpirasi pun, dapat di buat suatu tulisan

kembali ke pokok permasalahan --walau permasalahan dalam tulisan ini bersifat ujuk-ujuk datang-- adalah tentang centar kenapa tukan-tukan datang dan keramian solo serat kebebasan yagn menyertainya adalah kerumunan mahasiswa yang membludak secara kualitas dan kuantitas. Mereka yang datang dari berbagai penjuru dunia menginginkan wadah didalam kota kecil nan indah tersebut. Mereka butuh nongkrong, butuh berbelanja, butuh tempat untuk berdiskusi, untuk sekedar melepas lelah, untuk bermesraan dalam acara kebersamaan, mereka butuh berfantasi, mereka butuh religi untuk mengisi hati atau wadah-wadah yang lain yang penulis tidak bisa sebut satu-persatu.

Kemudian peluang-demi peluang bisnis bermunculan, pelaku ekonomi -produsen- mencium aroma segar komsumen yang bimbang. Seperti pucuk di telan, bulan pun tiba :D seperti itulah kata pepatah, semua seperti jamur dimusim hujan, berjejer menawarkan wadah-wadah baru. Dan jelas yang paling laris manis adalah tempat nongkrong -->> HIK

Hik menjadi alternatif sentral perkumpulan mahasiswa dan anak-anak dibawah umur menikah. Selain murah, hemat, ekonomis dan apa itulah namanya, HIK juga menawarkan tempat yang santai, lampu yang alakadarnya, pas sekali untuk melakukan apa saja.

Senut saja HIK pak Amad, yang buka setiap jam 5 seore didepan sebrang jalan BNI UNS Surakarta, setiap malam ramai di kunjungi mahasiswa, dari mahasiswa bokek sampai setengah bokek, dari bermobil sampai pejalan kaki. Disini tidak ada batas hegemoni status sosial, tidak ada batas budaya, semua melebur menjadi satu pada kebebasan milik bersama,

karna kebebasan adalah kebebasan mu tanpa merenggut kebebasan orang lain

Dijalanan, anda dapat melakukan apapun yang orang lain bisa lakukan, namun yang terbaik adalah menghormati kebebasan oarang lain ...
tetap damai dalam hati mu, damailah bangsa ku..

damai ramaisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar