Home

Jumat, 15 Oktober 2010

Egois sosialis


Assalaamu”alaykum kawan-kawan semuanya. . …

Apa kabar hari ini…..
Masih semangat menghadap hari esok kah??
Haahaaaa…..keep your spirit friends……

sekarang…prof mau berbagi tentang kehidupan…
seperti biasa..,
Ada sedikit hal yang ingin prof sampaikan kepada kawan-kawan terkait dengan kehidupan yang kita jalani ini. Bbeeeeeeeh…………..berat2

Ndak-ndak…ayo mulai diskusi…..
Begitu banyak proses yang sudah kita ambil dalam menjalani hidup, kita petik hal baiknya hingga samapai tidak tahu kemana hasil petikannya itu….heeehee
Karena kadang kita lupa, lupa untuk menggunakan akal dan hat kita untuk menyelesaikan berbagai polemik hidup.. iya kaaaan……
kenapa..
karena bamarah sudah menguasai diri, atau hati sudah tertutup dengan keserakahan dunawi. Banyak orang yang ingin dirinya dimengerti, namun sedikit sekali yang mau mengerti dan menghargai keberadaan seseorang lainya, sehingga kadang muncul kata

“egois sosialis”…..

Yaa…..itu adalah seseorang dimana seseorang tersebut menempatkan dirinya sendiri pada tempat yang istimewa, sepesial dan eksklusif. Merasa "paling" diantara yang lainya. Paling benar, paling bisa dan paling dalam segala hal. Kawan, kita bukan Tuhan yang selalu sempurna dengan apa yang dimilikinya, kodrat kita adalah manusia yang selalu salah dan berusaha menjadi benar dan lebih baik. seperti apa yang di pesankan oleh film berjudul "10",bahwa kita tidak akan bisa menjadi sepuluh, tapi kita harus berusaha menjadi sepuluh.

Dalam hubungannya dalam komunitas sosial, akibatnya orang tersebut akan sulit diterima oleh lingkungan sosialnya, atau mungkin sebaliknya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam hal umum adalah interaksi, sehingga terjadi distorsi pesan, karena interaksi yang hanya berjalan searah tanpa ada timbal balik.
kenapa??
karena sudah tidak diterima oleh lingkungan, mereka cenderung untuk membiarkan setiap komunikasi yang dia (egois sosialis-red)sampaikan.
Dampak yang terjadi pada diri individu tersebut adalah lambatnya proses berkembang didalam interaksi komunitas sosialnya.

Seseorang tersebut tidak pernah tahu bagaimana mengerti seseorang, bagaimana berempaty, bagaimana menempatkan diri pada situasi tertentu yang sering kita sebut dengan kedewasaan.
Lalu apa yang harus kita perbuat untuk menghindari penyakit ini..????
Ada pemikiran prof yang ingin prof usulkan kepada kawan kawan, yakni

“cobalah untuk mengerti seseorang tanpa ingin dimengerti”

Mulai dari diri kita sendiri, cobala untuk berempati, memahami keadaan orang lain saat kita ingin bertindak sesuatu.
Komunikasikan niat kita dengan bahasa hati, lakukan dengan hati lalu itulah integritas yang berlandaskan hati.

Hal yang kongkrit yang bisa dipahami adalah melakukan hal yang sebaliknya dengan halyang di atas sudah di paparkan, yakni tidak bersikap eklusif, bersikaplah biasa saja. Sederhana dalam bertindak dan bertutur merupakan budaya dan karakter bangsa kita, namun eklusif dalam pemikiran.

low profile saja
;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar