
Lama rasanya tidak menyapa huruf-huruf di keybord komputer ini, walau laptop pinjamandari istri :D, namun kerinduan untuk bersendagurau dengan "kata-kata" sudah begitu akut rasanya, seperti ratusan, bahkan ribuan tahun.
Kerinduan ini semakin menjadi tatkala dunia menggenggam logika yang dulu menari indah di petikan huruf. Analogi seperti fanatisme yg mengurung pemikiran, memenjarakannya lalu mati tersiksa, penulis rasa kita bukan kaum yang memenjarakan sesuatu, tapi membebaskan sesuatu.
Perjalanan hidup tidak lepas dari istilah "bebas", membebaskan laju pikiran, hati, gerak tubuh dan berbagai tujuan hidup, mimpi yang akan diraih. Membebaskan pikiran berarti menerima segala macam bentuk pengatahuan sebagai bahan mentah yang nantinya akan kita intergralkan bersama pengetahuan yang lain sebagai dasar kebenaran.
Kemudian, apakah kebenaran yang sudah kita yakini selama ini adalah kebenaran hakiki? kebenaran yang sudah tidak dapat lagi ragukan seperti kebenaran tentang ke-Esa-an Tuhan?
Penulis rasa tidak. Sebab, kebenaran asumsi, opini manusia yang kemudian berevolusi menjadi teori merupakan kebenaran bersifat relatife. Artinya, kebenaran-kebenaran yang kita yakini sekarang merupakan kebenaran sementara. Contoh kasus seperti teori darwin tentang teori evolusi yang pada akhirnya runtuh oleh Harun Yahya.
Kebenaran manusia adalah kebenaran subjektif
dan definisi kebenaran adalah berbicara tentang batasan pengetahuan manusia tentang sesuatu.


Penyebab utamanya adalah terletakpadi hati seseorang yang sombong dengan pengetahuan dangkalnya. Penyakit hati melanda orang bodoh.
Kebodohan menyebabkan gunung terlihat begitu kecil.
Dunia ini tidak sesempit itu kawan, perdebatan menghasilkan kalah dan menang, namun diskusi menghasilkan kebenaran. Perdebatan mempunyai tujuan menjatuhkan dan mencari pembenaran, tapi tidak dengan diskusi. Win-win solution tidak akan menjadi pilihan ketika terjadi kesenjangan yang melahirkan inferior dan superior. Kesadaran bahwa kita mahluk sosialah yang nanti menjadi jembatan terjalinnya komunikasi antara dua kelompok atau lebih.
Mari lupakan kebenaran dan kesalahan, sebab istilah tersebut merupakan proses yang terus berputar. Bebaskan pikiran dan hati untuk menerima dan mengerti pendapat orang lain, berkomunikasi dengan baik akan menjadi menganut ramaisme yang baik pula
Salam super :D